Pembelajaran Tematik Terpadu
1.1.Hakekat Pembelajaran terpadu di SD
Terdapat dua istilah yang secara teoritis memiliki hubungan yang saling terkait dan ketergantungan satu dan lainya, yaitu intregated intregrated curriculum (kurikulum terpadu) dan intregated learning (pembelajaran terpadu). Kurikulum terpadu adalah kurikulum yang menggabungkan sejumlah disiplin ilmu melalui pemaduan isi, keterampilan dan sikap. Rasional pemaduan itu antara lain disebabkan oleh beberapa hal berikut: (1) Kebanyakan masalah dan pengalaman (termasuk pengalaman belajar) bersifat interdisipliner, sehingga untuk memahami, mempelajari dan memecahkanya diperlukan multi-skill. (2) Adanya tuntutan interaksi kolaboratif yang tinggi dalam memecahkan berbagai masalah. (3) Memudahkan anak membuat hubungan antar skemata dan transfer pemahaman antar konteks. (4) Demi efisiensi. (5) Adanya tuntutan keterlibatan anak yang tinggi dalam proses pembelajaran.
Sejalan dengan hal tersebut diatas, pembelajaran terpadu banyak dipengaruhi oleh eksplorasi topik yang ada di dalam kurikulum sehingga anak dapat belajar menghubungkan proses dan isi pembelajaran secara lintas disiplin dalam waktu bersamaan.
Perbedaan yang mendasar dari konsepsi kurikulum terpadu dan pembelajaran terpadu terletak pada segi perencanaan dan pelaksanaannya. Pembelajaran terpadu seharusnya bertolak dari kurikulum terpadu, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa banyak kurikulum yang memisahkan mata pelajaran satu dengan yang lainnya menuntut pembelajaran yang sifatnya terpadu.
Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dasar dikatakan sebagai pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu, anak akan memahami konsep- konsep yang mereka pelajari itu melalui pengalaman langsung karena di dalamnya orang mengalami keterlibatan secara keseluruhan, yaitu pikiran dan perasaan. Pengalaman langsung dalam proses belajar mengajar dapat terjadi melalui percobaan, diskusi, penelitian, proyek pelayanan, dan sebagainya) dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.
Kecenderungan pembelajaran terpadu yakni sebagai pendekatan yang berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak (Developmentally Appropriate Practice). Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak drill sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak. Para Gestaltis adalah tokoh- tokoh yang dirujuk berkenaan dengan pembelajaran yang harus bermakna, disamping juga teori Piaget dan para Kognitivis lain yang menekankan pentingnya program pembelajaran yang berorientasi DAP.
Pelaksanaan pendekatan ini bertolak dari suatu topik atau tema yang dipilih/ dikembangkan guru bersama anak. Tujuan dari tema ini bukan untuk literasi bidang studi, akan tetapi konsep- konsep dari bidang studi terkait dijadikan alat dan wahana untuk mempelajari dan menjelajahi topic atau tema tersebut.
Jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional, pembelajaran terpadu tampaknya lebih menekankan keterlibatan anak dalam belajar, membuat anak secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan. Pendekatan ini lebih mungkin menjadi sesuatu yang dikemukakan oleh John Dewey dengan konsep Learning by Doing-nya.
Pendekatan pembelajaran terpadu dapat dipandang sebagai upaya untuk memperbaiki upaya pendidikan di tingkat dasar, terutama dalam rangka mengimbangi gejala penjejalan kurikulum yang sering terjadi dalam proses pembelajaran di sekolah.
Walaupun "penjejalan kurikulum" mungkin mengandung unsur kebaikan, namun di pihak lain efeknya pada perkembngan anak- anak adalah buruk, karena menuntut anak mengerjakan aktivitas atau tugas yang melebihi kapasitas dan kebutuhan mereka. Efek negative itu menyebabkan anak kehilangan sesuatu yang lain seharusnya bisa mereka kerjakan. Jika anak hanya merespon tanda- tanda dari guru, mereka akan kehilangan pengalaman pembelajaran alamiah langsung, pengalaman sensorik dari dunia mereka yang membentuk dasar kemampuan pembelajaran abstrak menjadi tidak tesentuh. Padahal itu merupakan karakteristik utama perkembangan utama anak Sekolah Dasar.
Berdasarkan uraian diatas, maka hakekat pembelajaran terpadu dapat dilihat sebagai berikut:
1. Pembelajaran yang beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian (center of interest) yang digunakan untuk memahami gajala- gejala dan konsep lain baik yang berasal dari bidang studi lainnya,
2. Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi yang mencerminkan dunia nyata disekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak.
3. Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan anak secara simultan
4. Merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda, dengan harapan anak akan belajar dengan lebih baik dan bermakna.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran terpadu adalah pendekatan pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek, baik dalam intra pelajaran maupun antar mata pelajaran dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.
Kemudian dalam Permendikbud Nomor 65 Tahun2013 tentang Standar Proses disebutkan bahwa proses pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik kompetensi. Pembelajaran tematik terpadu di SD/MI/SDLB atau Paket A disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik. Sedangkan berdasarkan Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah pembelajaran Pada Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik.
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran Tematik Terpadu merupakan pembelajaran yang dikemas dalam bentuk tema-tema berdasarkan muatan beberapa mata pelajaran yang dipaduakan dengan menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan berbasis proses keilmuan yang meliputi lima pengalaman belajar diantaranya mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan serta disesuaikan dengan minat dan bakat siswa untuk memberikan pengalaman bermakna kepasa siswa.
1.2.Landasan Pembelajaran Terpadu di SD
Landasan-landasan pembelajaran terpadu secara umum yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan praktis, dan landasan yuridis.
1. Landasan filosofis
Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: a) Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa. b) Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang su dah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. c) Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya.
2. Landasan psikologis
Landasan psikologis dalam pembelajaran terpadu terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahapperkembangan peserta didik.
Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.
3. Landasan praktis
Landasan praktis, berkaitan dengan kondisi-kondisi nyata yang pada umumnya terjadi dalam proses pembelajaran saat ini, sehingga harus mendapat perhatian dalam pembelajaran terpadu yang meliputi:
a. Perkembangan ilmu pengetahuan begitu cepat sehingga terlalu banyak informasi yang harus dimuat dalam kurikulum.
b. Hampir semua pelajaran di sekolah diberikan secara terpisah satu sama lain, padahal seharusnya saling terkait.
c. Permasalahan yang muncul dalam pembelajaran (interdisipliner) sehingga diperlukan uasaha kolaboratif antara berbagai mata pelajaran untuk memecahkannya.
d. Kesenjangan yang terjadi antara teori dan praktek dapat dipersempit dengan pembelajaran yang dirancang secara terpadu sehingga siswa akan mampu berpikir teoritis dan pada saat yang sama mampu berpikir praktis.
4. Landasan yuridis
Landasan yuridis dalam pembelajaran terpadu berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran terpadu di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya, serta (pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Disamping itu pada Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan bahwa sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, standar pembelajaran mencakup pengembangan ranah sika p, pengetahuan dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan, Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum, Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah menyatakan bahwa proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, menyenangkan, menantang, inspiratif, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Selain ketiga landasan di atas, dalam pelaksanaan pembelajaran tematis perlu juga mempertimbangkan landasan sosial-budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS). Pembelajaran selalu mengandung nilai yang harus sesuai nilai yang berlaku dalam masyarakat.di samping itu, keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi juga oleh lingkungan. Kehidupan masyarakat dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya, harus menjadi dasar dan acuan untuk mencapai keberhasilan pembelajaran tematik. Landasan IPTEK diperlukan dalam pengembangan pembelajaran tematik sebagai upaya menyelenggarakan
1.3. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Tematik Terpadu
Berdasarkan Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah menyatakan bahwa pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan berbasis proses keilmuan. Pendekatan saintifik meliputi lima pengalaman belajar sebagaimana tercantum dalam tabel berikut.
Tabel: Deskripsi Langkah Pembelajaran
Langkah Pembelajaran | Deskripsi Kegiatan | Bentuk Hasil Belajar |
Mengamati (Observing) | Mengamati dengan indra (membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton dan sebagainya) dengan atau tanpa alat | Perhatian pada waktu mengamati suatu objek/membaca suatu tulisan/mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on task yang digunakan untuk mengamati |
Menanya (Questioning) | Membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi | Jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang diajukan peserta didik (pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, dan hipotetik) |
Mengumpulkan informasi/mencoba (Experimenting) | Mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemostrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari narasumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/ menambahi mengembangkan | Jumlah dan kualitas sumber yang dikaji/digunakan, kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan, dan instrumen.alat yang digunakan mengumpulkan data |
Menalar/Mengasosiasi (Associating) | Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola dan menyimpulkan | Mengembangkan interpretasi, argumen dan kesimpulan mengenai keterkaitan informasi dari dua fakta/konsep, interpretasi argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan lebih dari dua fakta/konsep/teori, menyintesis dan argumentasi serta kesimpulan keterkaitan antar berbagai jenis fakta/konsep/teori/ pendapat; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi dan kesimpulan yang menunjukkan hubungan fakta/konsep/teori dari dua sumber atau lebih yang tidak bertentangan; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi dan kesimpulan dari konsep/teori/pendapat yang berbeda dari berbagai jenis sumber |
Mengomunikasikan (Communicating) | Menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan | Menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai menalar) dalam bentuk tulisan, grafis, media eletronik, multi media dan lain-lain |
Sehingga pembelajaran tematik terpadu memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik terterntu.
b. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi muatan mata pelajaran dalam tema yang sama.
c. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
d. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengaitkan berbagai muatan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik.
e. Lebih semangat dan bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, seperti bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran yang lain.
f. Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema/subtema yang jelas.
g. Guru dapat menghemat waktu, karena muatan mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan.
h. Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuhkembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.
Fungsi pembelajaran tematik terpadu yaitu untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata (kontekstual) dan bermakna bagi peserta didik.
1.4.Karakteristik Pembelajaran Terpadu di SD
Penerapan pendekatan pembelajaran terpadu di sekolah dasar biasa disebut sebagai suatu upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan, terutama dalam rangka mengimbangi gejala penjejalan isi kurikulum yang sering terjadi dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah-sekolah. Penjejalan isi kurikulum tersebut dikhawatirkan akan mengganggu perkembangan anak, karena terlalu banyak menuntut anak untuk mengerjakan aktivitas atau tugas-tugas yang melebihi kapasitas dan kebutuhan mereka. Dengan demikian anak kehilangan sesuatu yang seharusnya bisa mereka kerjakan. Jika dalam proses pembelajaran anak hanya merespon segalanya dari guru, maka mereka akan kehilangan pengalaman pembelajaran yang alamiah dan langsung (direct experiences). Pengalaman-pengalaman sensorik yang membentuk dasar kemampuan pembelajaran abstrak siswa tidak tersentuh, hal tersebut merupakan karakteristik utama perkembangan anak usia se kolah dasar. Di sinilah mengapa pembelajaran terpadu sebagai pendekatan baru dianggap penting untuk dikembangkan di sekolah dasar.
Terdapat beberapa karakteristik pembelajaran tematik terpadu, di antaranya.
1. Berpusat pada anak (Student Centered)
Pada dasarnya pembelajaran tematik terpadu merupakan suatu system pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa, baik secara individu maupun secara kelompok. Siswa dapat aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya. Siswa dapat mencari tahu sendiri apa yang dia butuhkan. Hal ini sesuai dengan penedekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar. peran guru lebih banyak sebagai fasilitator yaitu memberkan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
2. Memberikan pengalaman langsung pada anak (Direct Experince)
Pembelajaran tematik terpadu diprogramkan untuk melibatkan siswa secara langsung pada konsep dan prisip yang dipelajari dan memungkinkan siswa belajar dengan melakukan kegiatan secara langsung sehingga siswa akan memahami hasil belajarnya secara langsung. Siswa akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami, bukan sekedar memperoleh informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator yang membimbing ke arah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan siswa sebagai aktor pencari fakta serta informasi untuk mengembangkan pengetahuannya. Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3. Pemisahan antara bidang studi tidak begitu jelas
Pembelajaran tematik terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak/dibatasi. Sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan membuat siswa lebih arif dan bijak dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada.
Bahkan dalam pelaksanaan kelas-kelas awal, fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4. Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaran
Pembelajaran tematik terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antarskema yang dimiliki oleh siswa, sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari siswa. Hasil yang nyata didapat dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang dipelajari siswa. Hal ini mengakibatkan kegiatan belajar menjadi lebih bermakna. Dari kegiatan ini diharapkan dapat berakibat pada kemampuan siswa untuk dapat menerapkan apa yang diperoleh dari belajarnya pada pemecahan masalah-masalah yang nyata dalam kehidupan siswa tersebut sehari-hari. Dengan demikian siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untik membantu siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari.
5. Bersikap luwes (Fleksibel)
Pembelajaran tematik terpadu bersifat luwes, sebab guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu bahan ajar dengan mata pelajaran lainnya, bahkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu bertolak dari minat dan kebutuhan siswa. Menggunakan prinsip belajar menyenangkan bagi siswa. Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. Dengan demikian, siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
1.5.Tahapan Pembelajaran Tematik Terpadu di SD
Tahapan dalam Pembelajaran Tematik Terpadu melalui beberapa tahap yaitu: pertama, guru harus mengacu pada tema sebagai pemersatu berbagai muatan mata pelajaran untuk satu tahun. Kedua,guru melakukan analisis Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan membuat indikator dengan tetap memperhatikan muatan materi dari Standar Isi. Ketiga, membuat membuat hubungan pemetaan antara kompetensi dasar dan indikator dengan tema. Keempat, membuat jaringan KD, indikator. Kelima, menyusun silabus tematik dan keenam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu dengan menerapkan saintifik.
1.
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.6.Prinsip-Prinsip Pembelajaran Tematik Terpadu di SD
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu di sekolah dasar, terutama pada saat penggalian tema, pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan evaluasi dan reaksi.
1. Prinsip penggalian tema
a. Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan memadukan banyak bidang studi.
b. Tema harus bermakna, artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya.
c. Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak.
d. Tema yang dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak.
e. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi dalam rentang waktu belajar.
f. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku, serta harapan dari masyarakat.
g. Tema yang dipilih juga hendaknya mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.
2. Prinsip pelaksanaan pembelajaran terpadu
a. Guru hendaknya menjadi "single actor" yang mendominasi pembicaraan dalam proses belajar mengajar.
b. Pemberian tanggungjawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugasyang menuntut adanya kerjasama kelompok.
c. Guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam proses perencanaan.
3. Prinsip evaluasi
a. Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping untuk evaluasi lainnya.
b. Guru perlu mengajak siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan criteria keberhasilan pencapaian tujuan yang telah disepakati dalam kontrak.
4. Prinsip reaksi
Guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap reaksi siswa dalam semua "event" yang tidak diarahkan ke aspek yang sempit tetapi ke suatu kesatuan utuh dan bermakna. Waktu pembelajaran terpadu bisa bermacam-macam yaitu:
a. Pembelajaran tematik terpadu yang dilaksanakan pada waktu tertentu, yaitu apabila materi yang apabila materi yang dijalankan cocok sekali diajarkan secara terpadu.
b. Pembelajaran tematik terpadu bersifat temporer, tanpa kepastian waktu dan bersifat situasional, dimana pelaksanaanya tidak mengikuti jadwal yang teratur.
c. Pembelajaran tematik terpadu secara periodik, misalnya setiap akhir minggu, atau akhir caturwulan. Waktu-waktunya telah dirancang secara pasti.
d. Pembelajaran tematik terpadu sehari penuh, selama satu hari tidak ada pembelajaran yang lain, yang ada siswa belajar dengan yang diinginkan, siswa sibuk dengan urusanya masing-masing. Pembelajaran terpadu ini dikenal dengan istilah "intregated day" atau hari terpadu.diawali dengan kegiatan pengelolaan kelas yang meliputi penyiapan aspek-aspek kegiatan belajar, alat-alat, media dan peralatan lainya yang menunjang terlaksanaya pembelajaran terpadu.
2.7.Model-Model Pembelajaran Terpadu di SD
Menurut Robin Fogarty (1991), bahwa ada 10 cara atau model dalam merencanakan pembelajaran terpadu yang ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan unit tematisnya yakni:
a. Model Pisah (Fragmented)
Dalam kurikulum, setiap mata pelajaran diajarkan secara terpisah-pisah, tanpa ada usaha untuk menghubungkan atau memadukan satu sama lainnya. Setiap mata pelajaran dipandang sebagai mata pelajaran kajian murni berdiri sendiri. Kalaupun terdapat tumpang tindih materi dalam pelajaran IPS dan IPA, misalnya hubungan kedua materi itu didekati secara implisit, tidak secara eksplisit. Kelebihannya ialah adanya kejelasan dan pandangan yang terpisah dalam suatu mata pelajaran. Sedangkan, kekurangnnya ialah keterhubungan menjadi tidak jelas, lebih sedikit transfer pembelajaran.
b. Model Hubungan (Connected)
Model pembelajaran ini dilakukan dengan mengkaitkan satu pokok bahasan dengan pokok bahasan berikutnya, mngaitkan satu konsep dengan konsep yang lain, mengaitkan satu keterampilan dengan keterampilan yang lain dan dapat juga mengaitkan pekerjaan hari itu dengan hari yang lain atau hari berikutnya dalam suatu bidang studi. Kelebihan yang diperoleh dalam model connected ini adalah adanya hubungan antara ide-ide dalam satu mata pelajaran, anak akan memperoleh gambaran yang lebih jelas, menyeluruh dan luas dari konsep yang dijelaskan dan siswa diberi kesempatan untuk melakukan pendalaman, tinjauan memperbaiki dan mengasimilasi gagasan secara bertahap. Kekurangannya ialah disiplin-disiplin ilmu tidak berkaitan, kontent tetap terfokus pada satu sisiplin ilmu.
c. Model Gugusan (Nested)
Model pemaduan seperti ini merupakan pemaduan berbagai keterampilan-keterampilan dari berbagai disiplin ilmu yang dicapai bersama-sama dalam mengkaji suatu masalah. Penerapan model ini memerlukan perencanaan yang hati-hati karena menyangkut pencapaian sasaran belajar ganda. Contoh, seorang guru mengajarkan debat (keterampilan sosial) melalui pengajaran argument atau alasan (keterampilan berpikir) menggunakan materi menulis persuasif (isi materi). Kelebihan dari model ini adalah memberi perhatian pada berbagai mata pelajaran yang berbeda dalam waktu yang bersamaan, memperkaya dan memperluas pembelajaran. Sedangkan kelemahannya adalah pelajar dapat mejadi bingung dan kehilangan arah mengenai konsep-konsep utama dari suatu kegiatan atau pembelajaran.
d. Model Urutan (Sequenced)
Dengan model ini guru dapat menyusun kembali urutan topik-topik yang kebetulan sama antara satu dan yang lainnya. Dua mata pelajaran yang berhubungan diurutkan, sehingga materi kedua mata pelajaran itu diajarkan secara paralel. Dengan pengurutan topik-topik semacam ini aktivitas satu sama lainnya dapat saling melengkapi dan meningkat. Sebagai contoh, guru dapat mengajarkan periodisasi sastra Indonesia dan sejarah perjuangan pasca kemerdekaan dalam waktu yang sama. Kelebihannya memfasilitasi transfer pembelajaran melintasi beberapa mata pelajaran. Kekurangnya membuthkan kolaborasi yang terus menerus dan kelenturan (fleksibilitas) yang tinggi karena guru-guru memiliki lebih sedikit otonomi untuk mengurutkan (merancang) kurikula.
e. Model Gabungan Bagian (Shared)
Model ini merupakan bentuk pemaduan pembelajaran akibat adanya ide pada dua mata pelajaran atau lebih. Sebagai contoh, guru IPA dan Matematika sama-sama menggunakan konsep pengumpulan data charting dan grafhing. Materi yang sama ini digabungkan saja pelajarannya dan biasanya disampaikan oleh tim. Kelebihannya terdapat pengalaman-pengalaman instruksional bersama, dengan dua orang atau lebih guru di dalam satu tim akan lebih mudah untuk berkolaborasi. Kelemahannya membetuhkan waktu, kelenturan, komitmen dan kompromi.
f. Model Jaring Laba-Laba (Webbed)
Model ini menggunakan pendekatan tematis untuk memadukan beberapa mata pelajaran. Pendekatan ini dimulai dengan mengembangkan tema yang hendak dipelajari menjadi beberapa subtema, misalnya penemuan. Setelah itu masing-masing bidang mengembangkan materi ajarnya yakni penemuan tentang mesin-mesin sederhana diajarkan melalui sains, membaca dan menulis tentang penemuan dan penemuannya diajarkan melalui bahasa, perhitungan rancang-rancang dilakukan melalui matematika dan komputer, serta rancangan dan pembuatan model diajarkan melalui keterampilan. Kelebihannya adalah (1) faktor motivasi belajar siswa sebagai hasil bentuk seleksi tema yang menarik perhatian siswa, faktor motivasi siswa juga dapat berkembang karena adanya pemilihan tema yang didasarkan pada minat dan kebutuhan siswa; (2) mudah dilakukan guru baik perencanaan maupun pelaksanaannya; (3) mempermudah siswa dalam memahami materi atau muatan-muatan mata pelajaran yang dipadukan dalam sebuah tema. Sedangkan kekurangannya adalah (1) banyak guru sulit memilih tema. Mereka cenderung menyuguhkan tema yang dangkal, sehingga kurang bermanfaat bagi siswa; (2) guru seringkali terfokus pada kegiatan pembelajaran, sehingga pengembangan materi atau konsep menjadi terabaikan; (3) guru seringkali mengalami kesulitan mengembangkan tema yang telah ditetapkan. Idealnya tema-tema yang ditetapkan berisi muatan berbagai mata pelajaran yang diintegrasikan/dipadukan.
g. Model Rajutan (Threated)
Model ini memfokuskan pada integrasi metacurriculum yang mangantikan atau memotong dengan sangat dalam isi materi berbagai mata pelajaran. Buru menekankan pada metakognisi siswa yang menyangkut bagaimana mereka belajar. Kelebihannya adalah murid-murid mempelajari cara mereka belajar, memfasilitasi transfer pembelajaran selanjutnya. Kelemahannya disiplin-disiplin ilmu yang bersangkutan tetap terpisah satu sama lain.
h. Model Padu (Integrated)
Model ini adalah tipe pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang studi, menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling tumpang tindih dalam beberapa bidang studi. Pada tipe ini tema yang berkaitan dan saling tumpang tindih merupakan hal terakhir yang ingin dicari dan dipilih oleh guru dalam tahap perencanaan program. Kelebihan dari model ini yaitu: (1) memudahkan siswa untuk mengarahkan keterkaitan dan keterhubungan di antara berbagai muatan mata pelajaran; (2) memungkinkan pemahaman antarmata pelajaran; (3) mampu membangun motivasi siswa. Sedangkan kelemahannya yaitu: (1) model ini sangat sulit diterapkan secara penuh; (2) menuntut guru kreatif, percaya diri, dan menguasai konsep, sikap dan keterampilan; (3) menghendaki tim antarmata pelajaran yang terkadang sulit dilakukan, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaannya.
i. Model Celup (Immersed)
Dalam model ini (calon sarjana, magister, atau doktor) mencelupkan diri secara total ke dalam bidang penelitiannya. Mereka menyaring materi yang dipelajarinya melalui sudut pandang kajiannya. Kelebihannya yaitu keterpaduan berlangsung di dalam pelajaran itu sendiri, sedangkan kelemahannya yaitu dapat mempersempit fokus pelajar tersebut.
j. Model Jaringan (Network)
Model ini merupakan model pembelajaran yang terus menerus mencari masukan (jaringan para ahli) untuk memperoleh perluasan, eksplorasi, dan pembaharuan gagasan-gagasan. Masukan itu hendaknya disaring menggunakan kacamata keahlian dan minat masing-masing. Kelebihannya yaitu bersifat proaktif, pelajar terstimulasi oleh informasi, keterampilan atau konsep-konsep baru, sedangkan kelemahannya adalah dapat memecah perhatian pelajar, upaya-upaya menjadi tidak efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Hernawan, Asep Herry dkk. 2007. Pembelajaran Terpadu di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Margunayasa, dkk. 2014. Pembelajaran Terpadu; Konsep dan Penerapannya. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rusman. 2015. Pembelajaran Tematik Terpadu Teori, Praktik dan Penilaian. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.