Prinsip memiliki fungsi yang sangat penting dalam kaitannya dengan keberadaan sesuatu. Dari pengertian prinsip tersebut dapat dipaparkan kalau prinsip pengembangan kurikulum itu adalah asas atau dasar untuk mengembangkan kurikulum.
Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum menunjuk pada pengertian tentang berbagai hal yang harus dijadikan sebagai patokan dalam menentukan berbahai hal yang terkait dengan pengembangan kurikulum, terutama dalam fase perencanaan kurikulum yang pada dasarnya prinsip-prinsip tersebut merupakan ciri dan hakikat kurikulum itu sendiri. Esensi dari pengembangan kurikulam adalah proses identifikasi, analisis, sintesis, evaluasi, pengambilan keputusan dan kreasi elemen-elemen kurikulam. Agar pengembangan kurikulum itu bisa berjalan secara efektif dan efisien, maka dalam bekerjanya para pengembang harus memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan kurikulam. Denag n merujuk pada prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, para pengembang kurikulum akan bisa bekerja secara mantap, teararah, dan dengan hasil yang dapat dipertanggung jawabkan. Selain dari pada itu, adanya berbagai prinsip dalam kurikulum dan pengembangannya merupakan suatu cirri bahwa kurikulum itu merupakan suatu area atau suatu lapangan studi.
2.2. Macam-macam Sumber Prinsip Pengembangan Kurikulum
Menurut Oliva dalam Tim Pengembang MKDP (2016: 65) terdapat empat sumber prinsip pengembangan kurikulum, yaitu: data empiris (empirical data), data eksperimen (experiment data), cerita/legenda yang hidup di masyarakat (folklore of curriculum), dan akal sehat (common sense). Sumber prinsip yaitu dari mana asal muasal terlahirnya suatu prinsip. Empat sumber prinsip pengembangan kurikulum , yaitu sebagai berikut :
1. Data empiris
Data empiris merujuk pada pengalaman terdokumentasi dan terbukti efektif.
2. Data eksperimen Data eksperimen merujuk pada temuan-temuan hasil penelitian. Dat hasil temuan merupakan data yang dipandang valid dan reliable, sehingga tingkat kebenarannta meyakinkan untuk dijadikan prinsip dalam pengembangan kurikulum.
3. Cerita atau legenda yang hidup di masyarakat
Selain dari data-data lainnya, Banyak data hasil penelitian (hard data) sifatnya sangat terbatas, disamping itu banyak data-data lain yang diperoleh bukan dari hasil peelitian yang digunakan juga terbukti untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan yang komplek diantaranya yaitu adat istiadat yang hidup di masyarakat (folklore of curriculum).
4. Akal sehat (common of sense)
Selain dari itu, data yang di peroleh dari penelitian sendiri digunakan setelah melalui proses pertimbangan dan penilaian akal sehat terlebih dahulu.
Dengan demikian, pada prinsipnya kesemua jenis data di atas dapat digunakan atau dimanfaatkan bagi kegiatan pengembangan kurikulum sebagai sumber prinsip yang akan dijadikan pegangan.
2.3. Tipe-tipe Prinsip Pengembangan Kurikulum
Pada dasarnya, tipe-tipe prinsip pengembangan kurikulum merupakan tingkat ketepatan (validity) dan ketetapan (reliability) prinsip yang digunakan. Hal ini ada kaitannya dengan sumber-sumber dari prinsip pengembangan kurikulum itu sendiri. Ada data, fakta, konsep, dan prinsip yang tingkat kepercayaannya tidak diragukan lagi karena sudah dibuktikan secara empiris melalui suatu penelitian yang berulang-ulang. Ada pula data yang sudah terbukti secara empiris, tetapi masih terbatas dalam kasus-kasus tertentu sehingga belum bisa digeneralisasikan. Bahkan, ada pula data yang belum dibuktikan dalam suatu penelitian, tetapi sudah terbukti dalam kehidupan, dan menurut pertimbangan akal sehat dipandang logis, baik, dan berguna.
Merujuk pada hal di atas, maka prinsip-prinsip pengembangan kurikulum bisa diklasifikasikan menjadi tiga tipe prinsip, yaitu: anggapan kebenaran utuh atau menyeluruh (whole truth), anggapan kebenaran parsial (partial truth), dan anggapan kebenaran yang masih memerlukan pembuktian (hypothesis). Anggapan kebenaran utuh adalah fakta, konsep, dan prinsip yang diperoleh serta telah diuji dalam penelitian yang ketat dan berulang, sehingga bisa dibuat generalisasi dan bisa diberlakukan di tempat yang berbeda. Tipe prinsip kategori ini tidak akan mendapat tantangan atau kritik karena sudah diyakini oleh orang-orang yang terlibat dalam pengembangan kurikulum.
Anggapan kebenaran parsial, yaitu suatu fakta, konsep dan prinsipyang sudah terbukti efektif dalam banyak kasus, tetapi sifatnya masih belum bisa digenerasikan. Mengingat anggapan tersebut dianggap baik dan bermanfaat, maka tipe prinsip ini bisa digunakan. Namun demikian, dalam penggunaannya biasanya masih mengundang pro dan kontra. Selanjutnya, anggapan kebenaran yang masih memerlukan pembuktian atau hipotesis yaitu prinsip yang sifatnya tentatif. Prinsip ini muncul dari hasil diliberasi, jugment dan pemikiran akal sehat. Meskipun sangat diharapkan tipe prinsip whole truth, akan tetapi tipe prinsip lain pun berguna dan bermanfaat. Sebagaimana halnya dengan prinsip tipe kebenaran parsial, prinsip tipe hipotesis juga masih memungkinkan adanya tantangan atau kritikan dalam penggunaannya (pro dan kontra).
2.4. Macam-macam Prinsip Pengembangan Kurikulum
Terdapat banyak prinsip yang mungkin digunakan dalam pengembangan kurikulum. Macam-macam prinsip ini bisa dibedakan dalam dua kategori, yaitu prinsip umum dan prinsip khusus. Prinsip umum biasanya digunakan hampir dalam setiap pengembangan kurikulum di mana pun. Di samping itu, prinsip umum ini merujuk pada prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum sebagai totalitas dari gabungan komponen-komponen yang membangunnya. Prinsip khusus artinya prinsip yang hanya berlaku di tempat tertentu dan situasi tertentu. Prinsip ini juga merujuk pada prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan komponen-komponen kurikulum secara sendiri.
a. Prinsip Umum
Sukmadinata dalam Tim Pengembang MKDP (2016: 67) menjelaskan bahwa terdapat lima prinsip umum engembangan kurikulum, yaitu:
1) Prinsip Relevansi
Prinsip relevansi artinya prinsip kesesuaian. Prinsip ini ada dua jenis, yaitu relevansi eksternal (external relevance) dan relevansi internal (internal relevance). Relevansi eksternal artinya kurikulum harus sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, baik kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang ada pada masa kini maupun kebutuhan yang diprediksi pada masa yang akan datang. Intinya, kurikulum harus bisa menyiapkan program belajar bagi anak untuk menyiapkan anak agar bisa beradaptasi dengan masyarakat, memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat serta situasi dan kondisi masyarakat tempat dimana ia berada. Kurikulum bisa memenuhi prinsip relevansi eskternal, apabila para pengembang kurikulum memiliki pengetahuan dan wawasan tentang kehidupan masyarakat masa kini.
Sedangkan relevansi internal, yaitu kesesuaian antar komponen kurikulum itu sendiri. Kurikulum merupakan suatu sistem yang dibangun oleh subsistem atau komponen, yaitu tujuan, isi, metode, dan evaluasi untuk mencapai tujuan tertentu, belajar dan kemampuan siswa. kurikulum yang baik adalah kurikulum yang memenuhi syarat relevansi internal, yaitu adanya koherensi dan konsistensi antarkomponennya. Hal ini harus diperhatikan karena setiap tujuan tertentu akan menuntut adanya isi, metode, dan sistem evaluasi tersendiri. Ketidaksesuaian dalam komponen-komponen ini akan menyebabkan kurikulum tidak akan bisa mencapai tujuannya secara optimal. Implikasi dari prinsip ini adalah para pengembangan kurikulum harus memahami betul tentang jenis dan hakikat dari tujuan kurikulum, isi kurikulum, metode pembelajaran, dan sistem evaluasi.
2 ) Prinsip Fleksibilitas
Prinsip fleksibilitas berarti suatu kurikulum harus lentur (tidak kaku), terutama dalam hal pelaksanaanya. Pada dasarnya, kurikulum didesain unruk mencapai suatu tujuan tertentu sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Meskipun demikian, dalam proses pengembangan kurikulumnya harus fleksibel. Di dalam kurikulum harus terdapat suatu sistem tertentu yang dapat memberikan alternatif dalam mencapai tujuannya. Pengembangan kurikulum harus menggunakan berbagai metode atau cara-cara tertentu yang sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu, tempat di mana kurikulum itu diterapkan.
3) Prinsip Kontinuitas
Prinsip kontinuitas artinya kurikulum dikembangkan secara berkesinambungan, yang meliputi sinambung antarkelas maupun sinambung antarjenjang pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar proses pendidikan atau belajar siswa bisa maju secara berkesinambungan. Pendidikan pada kelas atau jenjang yang lebih rendah harus menjadi dasar untuk dilanjutkan pada kelas dan jenjang di atasnya. Dengan demikian, akan terhindar dari tidak terpenuhinya kemampuan prasyarat awal siswa (prerequisite) untuk mengikuti pendidikan pada kelas atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi, juga terhindar dari adanya pengulangan-pengulangan program dan aktivitas belajar yang tidak perlu (negatively over laping) yang bisa menimbulkan pemborosan waktu, tenaga, dan dana. Untuk itu, perlu adanya kerja sama di antara para pengembang kurikulum dari berbagai kelas dan jenjang pendidikan.
4) Prinsip Praktis atau Efisiensi
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan prinsip praktis, yaitu dapat dan mudah diterapkan di lapangan. Kurikulum harus bisa diterapkan dalam praktik pendidikan, sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu. Oleh karena itu, para pengembang kurikulum harus memahami terlebih dahulu situasi dan kondisi tempat di mana kurikulum itu tidak diketahui secara rinci, tetapi paling tidak gambaran umumnya harus diketahui. Pengetahuan akan tempat ini akan memandu pengembangan kurikulum untuk mendesain kurikulum yang memenuhi prinsip praktis, yaitu memungkinkan untuk diterapkan.
Salah satu kriteria praktis itu adalah efisien, artinya tidak mahal alias murah. Hal ini mengingat sumber daya pendidikan, personal-dana-fasilitas, keberadaannya terbatas. Meskipun harus memenuhi prinsip murah tapi tidak berarti murahan. Murah di dini merujuk pada pengertian bahwa kurikulum harus dikembangkan secara efisien, tidak boros dan sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki. Dengan demikian, akan terdapat keragaman tingkat kemampuan di berbagai daerah dan sekolah penyelenggaraan pendidikan yang sifatnya relatif. Prinsip ini ada kaitannya dengan prinsip-prinsip kurikulum lainnya.
5) Prinsip Efektivitas
Prinsip ini menunjukkan pada suatu pengertian bahwa kurikulum selalu berorientasi pada tujuan tertentu yang ingin dicapai. Kurikulum merupakan instrumen untuk mencapai tujuan.
Oliva menjelaskan apa yang kita sebut dengan sistem pendidikan (termasuk di dalamnya kurikulum) semestinya memberikan respon terhadap perubahan kondisi yang terjadi pada supra sistem, yaitu masyarakat. Terjadinya perubahan kurikulum merupakan suatu hal yang normal, bahkan perubahan kurikulum itu diperlukan sebagai konsekuensi dari adanya perubahan lingkungan. Berkaitan dengan hal ini, para pengembangan kuriulum memiliki tanggung jawa untuk mengupayakan perbaikan kurikulum yang sifatnya berlanjutan (continous improvement in curriculum).
Tugas dan tanggung jawab para pengembangan kurikulum tersebut tidak akan sulit jika mengikuti prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Adapun kesepuluh prinsip (axioms) pengembangan kurikulum yang diajukan Olive, yaitu:
a) Perubahan kurikulum adalah sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dan bahkan diperlukan.
b) Kurikulum merupakan produk dari masa yang bersangkutan.
c) Perubahan kurikulum masa lalu sering terdapat secara bersamaan bahkan tumpang tindih dengan perubahan kurikulum yang terjadi masa kini.
d) Perubahan kurikulum akan terjadi dan berhasil sebagai akibat (dan jika ada) perubahan pada orang-orang atau masyarakat.
e) Pengembangan kurikulum adalah kegiatan kerja sama kelompok.
f) Pengembangan kurikulum pada dasarnya adalah proses menentukan pilihan dari sekian alternatif yang ada.
g) Pengembangan kurikulum adalah kegiatan yang tidak akan pernah berakhir.
h) Pengembangan kurikulum akan berhasil jika dilakukan secara komprehensif, bukan aktivitas bagian per bagian yang terpisah.
i) Pengembangan kurikulum akan lebih efektif jika dilakukan dengan proses yang sistematis.
j) Pengembangan kurikulum dilakukan berangkat dari kurikulum yang ada.
b. Prinsip Khusus
Di bawah ini akan diuraikan beberapa prinsip pengembangan kurikulum khusus yang dikemukakan Sukmadinata (2000), yaitu berkaitan dengan pengembangan komponen-komponen kurikulum dengan sedikit modifikasi penulis dalam pola urutan penjelasan. Adapunprinsip pengembangan kurikulum khusus yang dimaksud adalah:
1) Prinsip yang berkenaan dengan tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan mencakup tujuan yang bersifat umum atau jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek (khusus). Perumusan tujuan pendidikan bersumber pada:
a. Ketentuan dan kebijakan pemerintah, yang dapat ditemukan dalam dokumen-dokumen lembaga negara mengenai tujuan dan strategi pembangunan termasuk di dalamnya pendidikan.
b. Survey mengenai persepsi orang tua dan masyarakat lainnya tentang kebutuhan mereka yang diperoleh melalui angket atau wawancara dengan mereka.
c. Survei tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu, dihimpun melalui angket, wawancara, observasi, dan dari berbagai media massa.
d. Survei tentang manpower (sumber daya manusia/ tenaga kerja0.
e. Pengalaman negara-negara lain dalam masalah yang sama.
f. Penelitian.
2) Prinsip yang berkenaan dengan isi pendidikan
Beberapa pertimbangan yang perlu dilakukan untuk menentukan pendidikan/kurikulum yaitu:
a. Perlu penjabaran tujuan pendidikan, kurikulum dan pembelajaran ke dalam perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana. Makin umum suatu perbuatan hasil belajar dirumuskan semakin semakin sulit menciptakan pengalaman belajar.
b. Isi bahan pelajaran harus meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan.
c. Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis. Ketiga ranah belajar, yaitu kognitif, sikap dan keterampilan, diberikan secara simultan dalam urutan situasi belajar. Untuk hal tersebut diperlukan buku pedoman guru yang memberikan penjelasan tentang organisasi bahan dan alat pembelajaran secara lebih mendetail.
3) Prinsip yang berkenaan dengan proses pembelajaran
Untuk menentukan pendekatan, strategi dan teknik apa yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, hendaknya pengembangan kurikulum memerhatikan hal-hal berikut :
a) Apakah strategi/metode/tehnik yang akan digunakan dalam proses pembelajaran cocok untuk mengajarkan bahan pelajaran?
b) Apakah strategi/metode/tehnik tersebut menunjukkan kegiatan yang bervariasi sehingga dapat melayani perbedaan individual siswa?
c) Apakah strategi/metode/tehnik tersebut dapat memberikan urutan kegiatan yang bertingkat-tingkat?
d) Apakah strategi/metode/tehnik tersebut dapat mmenunjukkan berbagai kegiatan siswa untuk mencapai tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor?
e) Apakah strategi/metode/tehnik tersebut berorientasi kepada siswa, atau berorientasi kepada guru, atau keduanya?
f) Apakah strategi/metode/tehnik tersebut dapat mendorong berkembangnya kemampuan baru?
g) Apakah strategi/metode/tehnik tersebut dapat menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah dan di rumah, juga mendorong penggunaan sumber belajar (learning resources) yang ada di rumah dan masyarakat?
h) Untuk belajar ketrampilan sangat dibutuhkan kegiatan belajar yang menekankan " learning by doing" di samping "learning by seeing and knowing".
4) Prinsip berkenaan dengan media dan alat bantu pembelajaran
Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien perlu didukung oleh penggunaan media dan alat bantu pembelajaran yang tepat. Di bawah ini beberapa prinsip yang bisa dijadikan pegangan untuk memilih dan menggunkan media dan alat bantu pembelajaran.
a) Media atau alat bantu apa yang diperlukan dalam proses pembelajaran? Apakah semua sudah tersedia? Bila alat tersebut tidak ada, apakah ada penggantinya?
b) Kalau ada yang harus dibuat, hendaknya memerhatikan membuatnya, siapa yang membuat, pembiayaannya, serta waktu pembuatannya?
c) Bagaimana pengorganisasian media dan alat bantu pembelajaran, apakah dalam bentuk modul, paket belajar atau ada bentuk lain?
d) Bagaimana pengintegrasiannyan dalam keseluruhan kegiatan pemebelajaran?
e) Hasil yang baik akan menggunakan multimedia.
5) Prinsip yang berkenaan dengan evaluasi
Evaluasi merupakabagian yang tak terpisahkan dari pembelajaran . Untuk itu, pengembang kurikulum harus memperhatikan prinsip-prinsip evalusasi, yaitu objektivitas, komperehensif, kooperatif, mendidik yang harus diperatikan pengembang kurikulum dalam kegiatan evaluasi yaitu perencanaan evaluasi, laporan dan pemanfaatan hasil evaluasi. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam fase perancanaan yaitu
a) Bagaimanakah karakteristik kelas, usia, tingkat kelompok yang dinilai?
b) Berapa lama waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan evaluasi?
c) Teknik evaluasi apa yang akan digunakan? Tes, nomor atau keduanya?
d) Jika teknik tes, berapa banyak butir soal yag perlu disusun?
e) Apakah tes tersebut diadministrasikan oleh guru atau murid?
Dalam pengembangan alat evaluasi, sebaiknya mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a) Rumuskan tujuan-tujuan pendidikan yang umum, dalam ranah kognitif, afektif,dan psikomotor.
b) Uraikan ke dalam bentuk tingkah laku murid yang dapat diam dan diukur
c) Hubungkan dengan bahan pelajaran
d) Tuliskan butir-butir soal dan tugas
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan hasil penilaian adalah:
a) Norma penilaian apa yang akan digunakan dlam pengelolaan hasil tes?
b) Apakah akan digunakanrumus dan formula guessing?
c) Bagaimana mengubah skor mentah (raw score)ke dala skor masak?
d) Skor standar apa yang digunakan?
e) Untuk apakah hasil tes digunakan?
f) Bagaimana menyusun laporan hasil evaluasi?
g) Laporan hasil evaluasi ditujukan kepada siapa saja?